image1 image2 image3

HELLO I'M BRAMASTIO BEAVISTO|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

  Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan  

Simon (1993) dalam jurnal Educational Administration Quarterly menggunakan istilah yang sangat luas untuk mencakup tiga bidang cakupan masalah. Pertama, menemukan masalah yang menarik perhatian dan yang menyertai masalah tersebut. Putuskan apa yang akan kita lakukan baik sebagai individu maupun organisasi dalam menangani masalah krusial melalui proses pengambilan keputusan. Kedua, bagian dari proses pengambilan keputusan. Kita mengetahui masalah apa yang kita hadapi, kemudian memikirkan alternatif dan solusi yang ditetapkan sebagai pedoman tindakan. Semua yang kita lakukan sungguh-sungguh dengan memanfaatkan waktu, perluasan alternatif, dan membuat solusi yang mungkin terhadap masalah yang diputuskan sebagai prioritas. Ketiga, masalah evaluasi terhadap solusi dan pemilihan terhadap berbagai solusi.

Sejalan dengan pendapat diatas Mondy dan Premeaux (1995:108) menjelaskan bahwa "pengambilan keputusan merupakan proses pada saat ada sejumlah langkah yang harus dilakukan dan pengevaluasian alternatif untuk membuat keputusan dari semua alternatif yang ada". Bertolak dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
(sumber: Syafaruddin, Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, 2004).

Setiap proses pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena ada beberapa komponen di dalamnya. Menurut Pradjudi (1997:45), kerangka kerja yang ada dalam sistem pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
  1. posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan;
  2. problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncanakan atau dituju);
  3. situasi si pengambil keputusan itu berada;
  4. kondisi si pengambil keputusan (kekuatan dan kemampuan menghadapi problem);
  5. tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan).
Unsur-unsur yang disebutkan diatas merupakan kesatuan yang harus ada dalam sistem kerja pengambilan keputusan manajerial. Hal ini sangat penting artinya, sebab pengambilan keputusan adalah sentral bagi tugas seorang manajer dalam mengkoordinasikan tugas-tugas dan usaha organisasi untuk mencapai sasaran. Di sini aktivitas pengambilan keputusan menjadi inti tugas seorang manajer, ia menembus seluruh pelaksaan fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan seluruh aktivitas organisasi (Kast & Rosenzweig, 1979:603).
 
Dasar pengambilan keputusan merupakan konsep yang dapat diaplikasikan dalam pembuatan keputusan tersebut. Gigch (1997) berpendapat bahwa pendekatan sistem merupakan proses pengambilan keputusan yang digunakan untuk mendesain sistem. Merujuk kepada Harrison (1992:85) menjelaskan: "Sebagai suatu sistem, pengambilan keputusan menerima masukan pengaruh dari sistem lainnya baik ekonomi, sosial, politik, maupun aturan negara. Hal itu perlu diperhatikan oleh manajer atau pimpinan dalam membuat keputusan."
 
Sebenarnya, sistem analisis yang dipakai seseorang manajer menghasilkan proses keputusan. Suatu bagian dari proses, sistem analisis penting untuk mencatat kemungkinan alternatif, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi setiap alternatif dan membangun nilai yang berhubungan dengan variabel. Pendapat Harrison (1992:3) juga memperkuat argumentasi bahwa profil keputusan biasanya difokuskan pada tiga elemen pokok, yaitu:
  1. The decision process;
  2. The decision maker;
  3. The decision itself
Paling tidak, efektivitas pengambilan keputusan akan ditentukan oleh tiga elemen dasar itu. Sebagai kesatuan sistem elemen tersebut bermuara pada munculnya keputusan yang diharapkan.

Jenis-jenis Keputusan Organisasi

Proses pengambilan keputusan yang dijalankan secara baik akan nelahirkan putusan-putusan organisasi, baik diputuskan secara pribadi setelah menerima informasi dari bawahan melalui musyawarah maupun putusan diambil sendiri oleh manajer tanpa melibatkan bawahan.

Keputusan adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan (memutuskan) atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan. Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
  1. Keputusan Strategis: Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional. Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis. Kebijakan menyita banyak perhatian terutama bagi para manajer puncak karena pengaruhnya sangat besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisasi.
  2. Keputusan Operasional: Adapun keputusan ini menyangkut pengelolaan organisasi sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis yang diambil oleh para manajer puncak (Drummond, 1995).
Di sisi lain, ada pula pembagian jenis keputusan berdasar pada masalah yang sedang dihadapi, yaitu:
  • Keputusan yang diprogramkan (program decision) : Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang diketahui (well-structured problems) atau masalahnya diketahui secara jelas. Demikian pula informasinya dapat dinilai relevansinya untuk mengambil keputusan. Fakta dan angka-angka serta data diolah untuk memberikan informasi yang bermakna sehingga keputusan bisa diprogramkan.
  • Keputusan yang tidak diprogramkan (non-program decision) : Keputusan ini diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasinya tidak tersedia sebagaimana mestinya. 
Ada pula pendapat lain yang membagi keputusan pada dua jenis, yaitu:
  1. Keputusan administratif (kegiatan operasional)
  2. Keputusan strategis (menyangkut kegiatan goal) (Safri Harahap,1996)
Masa depan organisasi suatu hal yang prediktif dan kompleks. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil oleh manajer sangat kompleks dan menjangkau masa depan karena mencangkup kebijakan dan strategis. Dalam hal ini keputusan yang dibuat manajemen puncak merupakan serangkaian keputusan atau tindakan yang mendasar dibuat dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi untuk mencapai tujuan (S.Siagian, 1997).

Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pengambilan Keputusan

Suatu keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dan dalam proses pengambilan keputusan tersebut terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan. Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi mengemukakan tiga kekuatan yang mempengaruhi proses pebgambilan keputusan, yaitu:
  • Dinamika individu dalam organisasi, yaitu proses keputusan harus mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada diri setiap individu, situasi dan kondisi pandangan individu terhadap diri mereka sendiri mempengaruhi terhadap keputusan organisasi.
  • Dinamika kelompok dalam organisasi, yaitu pemimpin yang ingin melakukan proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi kepribadian rangkap anggotanya (kepribadian individu dan kepribadian ketika bersama kelompoknya). Hal ini dilakukan agar proses keputusan dapat mempercepat proses pendewasaan kelompok kerja dalam organisasi.
  • Dinamika lingkungan organisasi, yaitu semua keputusan organisasi harus memperhitungkan tekanan-tekanan yang bersumber dari lingkungan. Istilah dinamika digunakan untuk menunjuk bahwa segala sesuatu selalu mengalami perubahan, dan dinamika tersebut yang menuntut adanya peningkatan kemampuan mengambil keputusan yang selaras dengan perubahan-perubahan yang sedang dan yang akan terjadi.
(sumber: http://id.shvoong.com/business-management/management/2133696-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan/)

Selain itu hukum juga memberi batasan yang mempengaruhi keputusan etis sebagai berikut:
  1. Hukum memberikan batasan standar etika. 
  2. Peraturan pemerintah
  3. Kode etik industri da perusahaan 
  4. Tekanan Sosial
  5. Ketegangan diantara standar perorangan dan kebutuhan organisasi sangat merumitkan tugas manajer.
(sumber: Brownlee, Malcom. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor Didalamnya. 2006).

Implikasi Manajerial

Seorang manajer harus memiliki pandangan yang menyeluruh terhadap variabel dan kondisi yang dikelolanya. Oleh karena itu keputusan yang diambil harus bersifat kesatuan (integratif). Karena keragaman hal yang dihadapi, maka diperlukan pendekatan yang juga beragam sehingga keputusan yang diambil oleh seorang manajer dengan sendirinya bersifat multidisiplin. Setiap keputusan akan memiliki implikasi pada pihak-pihak lain dalam organisasi. Oleh sebab itu, keputusan ini juga akan mengikat pihak-pihak, terutama yang berdekatan dengan area tanggung jawab manajer pembuat keputusan.

Oleh karena itu manajer tersebut pun akan terikat oleh keputusan yang dilakukan oleh manajer lainnya. Keputusan yang diambil akan bersifat saling mengikat. Semua keputusan dilakukan oleh manusia yang terdiri atas jasmani dan rohani sehingga harus disadari bahwa keputusan yang dibuat akan melibatkan baik jasmani maupun rohani dari seluruh anggota organisasi. Secara jernih keputusan yang dilakukan oleh seorang manajer akan bersifat saling berhubungan (interrelasi) dengan anggota organisasi yang lain.
(sumber: Basyaib, Fachmi. Teori Pembuatan Keputusan)

Daftar Pustaka

  1. Syafaruddin, Anzizhan (2004). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Grasindo.
  2. Basyaib, Fachmi. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta: Penerbit Grasindo.
  3. Brownlee, Malcom (2006). Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor Didalamnya. Jakarta: Gunung Mulia.
  4. http://id.shvoong.com/business-management/management/2133696-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan/
  5. Herujito, Yayat (2001). Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Penerbit Grasindo



 

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Pages