Kepemimpinan
1.
Arti
Kepemimpinan
Orang-orang
telah memikirkan dan memberi definisi atas kepemimpinan sejak dahulu kala, dan
masing-masing orang memiliki ide sendiri-sendiri. Dalam penelitian terbaru
mengenai kepemimpinan, banyak ahli mengidentifikasikan praktik-praktik khusus
yang membedakan kinerja tinggi para pemimpin di dalam perubahan lingkungan masa
kini. Penelitian ini telah menghasilkan sejumlah kesimpulan penting. Semua itu
memiliki makna penting bagi perusahaan modern.
- Kepemimpinan tidak semata-mata bagi jajaran eksekutif.
- Organisasi akan runtuh tanpa kepemimpinan
- Hak untuk memimpin harus diraih
- Kepemimpinan berfokus pada hubungan
- Kepemimpinan bersifat kontekstual
- Pemimpin menginspirasikan orang lain untuk memimpin
- Kemampuan manajemen adalah komponen utama dalam kepemimpinan
- Kepemimpinan dapat dipelajari
(sumber:
Ken Shelton, A New Paradigm Of Leadership, 2002)
Peter
F. Drucker berkata bahwa kepemimpinan tidak didasari dengan kepandaian;
kepemimpinan terutama didasari dengan menjadi konsisten. Itu artinya dari
tindakan dan tanggapan seorang pemimpin terhadap beragam situasi, orang-orang
membentuk gagasan mengenai semua hal yang diharapkan oleh pemimpin itu dari
dirinya sendiri. (Daniel I. Kaplan)
Kekuatan
kepemimpinan adalah karena kepemimpinan merangkul inisiatif dan tanggung jawab.
Titik peka kepemimpinan adalah bahwa hal itu, tidak terelakkan lagi, dikaitkan
dengan mempertahankan pengawasan, penunjukkan arah, dan mengetahui hal yang
terbaik bagi orang lain. (Peter Block)
Semua
pemimpin efektif mengetahui 4 hal sederhana, yaitu:
1. Satu-satunya definisi dari pemimpin
adalah seseorang yang memiliki pengikut. Sebagian pemikir,
sebagian nabi. Keduanya penting, tetapi tanpa pengikut, tidak aka nada pemimpin
2. Pemimpin yang efektif bukan
seseorang yang disukai & dikagumi. Ia merefleksikan
pengikutnya untuk melakukan hal yang tepat.
3. Pemimpin sangat terlihat jelas.
Oleh karena itu, mereka memberikan teladan.
4. Kepemimpinan bukanlah masalah peringkat,
hak istimewa, gelar, atau uang. Kepemimpinan adalah
tanggung jawab.
(Peter F. Drucker)
2.
Tipologi
Kepemimpinan
Para pemimpin efektif menyesuaikan gaya mereka
berdasarkan tingkat perkembangan orang-orang yang mereka kelola. Walaupun tidak
ada suatu gaya tunggal untuk menangani setiap karyawan yang akan dikelola, ada
suatu pendekatan yang praktis dan mudah dipahami, yang dapat sangat membantu. Kenneth Blanchard menyebutnya Kepemimpinan Situasional.
Pemimpin yang berhasil menyesuaikan gaya
kepemimpinan mereka dengan kebutuhan situasinya. Dalam kepemimpinan
situasional, ada 4 gaya kepemimpinan yang mewakili kombinasi yang berbeda dari
perilaku pemimpin yang mengarahkan, mendukung, dan dapat dipilih untuk situasi
tertentu.
- Mengarahkan. Pemimpin ini memberi tahu bawahannya mengenai apa, bagaimana, kapan, dan dimana berbagai tugas harus dilakukan
- Melatih. Perilaku pemimpin yang mengarahkan dan mendukung dengan sama-sama tinggi disebut melatih. Dalam gaya ini, pemimpin menyediakan banyak pengarahan, namun juga mencoba untuk mendengarkan berbagai keputusan maupun gagasan bawahan.
- Mendukung. Dalam hal ini pemimpin memberikan penghargaan dan secara aktif mendengarkan dan membantu pemecahan masalah/pengambilan keputusan karyawan
- Mendelegasikan. Karyawan diberikan otonomi yang lebih besar sebab mereka memiliki kemampuan maupun keyakinan untuk melakukan tugas itu sendiri.
Dalam
peranan visi, pemimpin menentukan arah. Mereka mengkomunikasikan misi, nilai,
keyakinan, dan semua hal yang diperjuangkan organisasi. Dalam peranan
penerapan, pemimpin membantu menerapkan sasaran, keahlian, dan kegiatan mereka.
Pemimpin yang melayani merasa bahwa begitu arahnya jelas, peranannya adalah
membantu bawahannya melalui pengajaran dan pelatihan agar mencapai sasaran.
(Ken Blanchard, Leading
At A Higher Level, 2007)
Tiga macam gaya kepemimpinan yang
lain yakni otoriter, partisipatif,
dan delegatif.
1) Otoriter.
Pendekatan otoriter biasanya sesuai diterapkan saat pemimpin memiliki semua
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Waktu yang
terbatas dan bawahan yang termotivasi juga dapat membuat seorang pemimpin
menggunakan gaya otoriter.
2) Partisipatif.
Gaya ini melibatkan “satu bawahan atau lebih dalam menentukan hal yang harus
dilakukan dan bagaimana melakukannya”.
3) Delegatif.
Dengan gaya ini, “pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan
kepada seseorang atau sekelompok bawahan”. Sang pemimpin “masih bertanggung
jawab atas keputusan yang diambil oleh bawahannya.”
(Patrick
L. Townsend dan Joan E. Gebhardt)
3.
Faktor
yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Saat
kita berlomba memasuki pertempuran bisnis pada dasawarsa dan abad yang baru,
kepemimpinan adalah salah satu istilah yang paling banyak didengungkan.
Seolah-olah kepemimpinan adalah suatu penemuan baru yang revolusioner. Beberapa
faktor dan alas an yang dapat memperjelas mengapa kepemimpinan begitu
diperbincangkan yaitu:
· Faktor pasar yang kuat, seperti
globalisasi, telah mendorong kepemimpinan ke tingkat ketenaran yang baru.
Persaingan internasional yang tidak kenal ampun telah memusatkan perhatian pada
hubungan langsung antara kepemimpinan yang baik dan produktivitas yang semakin
besar.
· Manajer dan eksekutif kreatif
memiliki pandangan baru mengenai aset terpenting mereka.
Mereka melihat potensi sebagai peluang untuk mengembangkan suatu keahlian dan
sifat kepemimpinan.
· Bisnis tengah menghadapi keperluan
untuk mengisi celah kekurangan dalam pelatihan akademis, celah yang mencapai
setinggi pendidikan pascasarjana. Keahlian merupakan
dasar dari kepemimpinan yang baik. Cara menjalin hubungan, kemampuan untuk
mendengar dan berkomunikasi secara efektif adalah pelatihan kepemimpinan.
· Permintaan akan pelatihan
kepemimpinan datang dari pria dan wanita muda ambisius yang tengah bergerak ke
puncak dan sudah menjadi pakar di bidangnya, namun berkomitmen pada tujuan
untuk menjadi lebih baik lagi.
Saat ini kita mengetahui bahwa pemimpin yang baik
diciptakan, jarang dilahirkan, jarang diproduksi oleh kekayaan dan jabatan
semata. Keahlian kepemimpinan bukan, dan tidak pernah, menjadi monopoli
manajemen. Hal ini juga tidak eksklusif pada jenis kelamin. Untuk mencapai laba
maksimum dan budaya perusahaan yang sehat, kita harus akrab dan mempraktikkan
keahlian kepemimpinan yang baik.
(J. Oliver Cro, A New Paradigm Of
Leadershi, 2002).
Davis menyimpulkan ada empat faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
- Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya.
- Kematangan dan keluasan social (Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang cukup matang.
- Motivasi dalam dan dorongan prestasi (Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan.
- Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya. Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
4.
Implikasi
Manajerial Kepemimpinan dalam Organisasi
Mengapa
konsep mengenai pemimpin yang ideal pada setiap tingkatan organisasi begitu
sulit dipahami? Kesulitan itu disebabkan oleh adanya kesalahpahaman mengenai
konsep kepemimpinan, dimulai dari gagasan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu
yang anda miliki dan raih atau sama halnya dengan seseorang, posisi atau
jabatan. Pengalaman kepemimpinan sejati muncuk dari kepedulian yang
sungguh-sungguh terhadap pertumbuhan, kesejahteraan, dan pemberdayaan manusia.
Menurut
Gregory A. Gull, pendiri Practicum
Unlimited, pemikiran tentang konsep kepemimpinan sebagai suatu hak milik
atau posisi merupakan hal yang sia-sia dan menyesatkan. Persepsi ini sesuai
dengan orientasi kaum elit, membangun penghalang, melindungi “hak” istimewa
sebagian kecil orang untuk mengarahkan atau mengendalikan nasib banyak orang,
mempertahankan sekaligus mengistimewakan posisi pemegang kekuasaan, dan
mempertahankan perasaan kebergantungan dan iri hati.
Syarat
kunci untuk menciptakan kepemimpinan yang luas dan mendalam dalam organisasi
adalah tingkat keterkaitan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi dengan
dukungan strategi perusahaan secara langsung. Keterkaitan mengartikan komunikasi
dari arah yang jelas, visi bersama, serta kebijakan, prosedur, system, dan
metode yang ditetapkan di seluruh organisasi. (John W. Humphrey, A New Paradigm Of Leadership, 2002)
Peter Senge
memikirkan tiga macam pemimpin dalam organisasi, yang juga berhubungan dengan
tiga posisi:
1. Pemimpin
Lini Lokal, yang dapat menanggung percobaan berguna bagi organisasi untuk
menguji apakah kemampuan belajar yang baru mengarah pada peningkatan hasil
dalam bisnis.
2. Pemimpin
Eksekutif, yang mendukung pemimpin lini, infrastruktur, dan mengubah norma
serta perilaku dari sebuah budaya belajar secara bertahap.
3. Pembuat
Jaringan Internal, atau pembangun komunitas, yang bergerak bebas dalam
organisasi untuk menemukan perubahan, membantu dalam percobaan, dan memberikan
pengajaran baru.
Jika
ada suatu hal yang jelas-jelas menandai kemerosotan dan keruntuhan peradaban
maupun perusahaan, itu adalah perubahan yang fatal dari kepemimpinan ke
manajemen. Para pemimpin adalah penggerak dan pengguncang, orisinal, penemu,
imajinatif, penuh dengan kejutan yang mempermalukan musuh di masa perang dan
markas besar di masa damai. Para manajer adalah orang yang suka main aman,
konservatif, dapat diduga, menyatukan orang-orang dalam organisasi, dan
mengabdikan diri.
Para
pemimpin besar memiliki gairah untuk persamaan derajat. Di lain pihak, bagi
para manajer, gagasan mengenai persamaan derajat adalah tidak pas, dan
kontra-produktif. Menurut Hukum Parkinson, yang menunjukkan bagaimana pihak
manajemen melahap semuanya, ia menambahkan suatu hal yang dinamakannya “Hukum
Pandir”: Para manajer tidak akan
mempromosikan orang yang kemampuannya dapat mengancam mereka sendiri; oleh
karena itu, saat kekuasaan menajemen semakin luas, mutu barang dan jasa
perusahaan akan semakin menurun. Singkatnya, sementara pihak manajemen
menghindari persamaan derajat, mereka
menerima hal yang berharga.
Tentunya
ada sebagian sifat manajer dalam setiap pemimpin, sebagaimana ada sebagian
sifat pemimpin di setiap manajer. Rahasianya adalah bagaimana mencapai
keseimbangan dan menetapkan prioritas.
(Hugh Nibley, Manajemen Versus
Kepemimpinan)
DAFTAR
PUSTAKA
2.
Shelton,
Ken (2002). A New Paradigm Of Leadership. Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
3.
Blanchard,
Ken (2007). Leading At A Higher Level. Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
4.
https://www.google.com/search?q=model+kepemimpinan+situasional&client=firefox-a&hs=fQQ&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=bgdMU9abC8Kk8AX91IGgAQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1280&bih=697#facrc=_&imgdii=_&imgrc=AAcVRMfVm-hIfM%253A%3BfmPLlgFL1M1hcM%3Bhttp%253A%252F%252Fdc349.4shared.com%252Fdoc%252FPLLeRQxO%252Fpreview_html_4df9b7c6.gif%3Bhttp%253A%252F%252Fdc349.4shared.com%252Fdoc%252FPLLeRQxO%252Fpreview.html%3B560%3B419
0 comments:
Post a Comment