image1 image2 image3

HELLO I'M BRAMASTIO BEAVISTO|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|

Teori dan Kasus Kepemimpinan



Tipe-Tipe Kepemimpinan :



1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.


2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: 

  1. Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
  2. Mereka bersikap terlalu melindungi.
  3. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
  4. Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
  5. Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. 
  6. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.


3. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: 

  1. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
  2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan. 
  3. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
  4. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya. 
  5. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
  6. Komunikasi hanya berlangsung searah.


4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: 

  1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
  2. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal. 
  3. Berambisi untuk merajai situasi. 
  4. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri. 
  5. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan   yang akan dilakukan. 
  6. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan         pribadi. 
  7. Adanya sikap eksklusivisme. 
  8. Selalu ingin berkuasa secara absolut.
  9. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku. 
  10. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.


5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
Secara singkat ciri-ciri kepemimpinan Laissez Faire :

  1. Memberi kebebasan kepada bawahan
  2. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan.
  3. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan.
  4. Tidak mempunyai wibawa
  5. Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik.


6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.


7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.


8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.


9. Tipe Open Leadership

Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak pada pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.


CONTOH KASUS

KASUS 1: Hartoyo Sebagai Manajer
          Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemen nya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
             Pada jam istirahat, Hartoyo bertanya pada manajer departemen keuangan apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Beliau menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Hartoyo menyatakan, "dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu."

PERTANYAAN KASUS:
1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara!
2. Konsekuensi nya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan untuk merubah keadaan?

Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Hartoyo adalah tipe kepemimpinan yang militeristik. Tipe pemimpin yang militeristik juga sedikit bersifat otoriter. Ini berbanding lurus dengan keputusan yang dibuat sendiri oleh Hartoyo di perusahaan. Keputusan sendiri yang dibuat Hartoyo mungkin bersifat efisien dan efektif pada pola pemikiran nya, tapi tidak dengan para karyawan yang merasa tidak nyaman dengan pemikiran satu arah tersebut (one way traffic of communication).
Dalam tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh Hartoyo sangat mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, dalam artian setiap keputusan yang diambil belum tentu dipahami oleh setiap karyawan dan berakibat penyelesaian pekerjaan yang tidak serasi dengan visi misi perusahaan. Meskipun pemimpin seperti ini juga menuntut kedisiplinan yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan. Sistem perintah/komando yang diterapkan menunjukkan sikap dan prinsip yang sangat konservatif, kuno, dan sangat kaku. Maka tidak jarang kritik selalu ditujukan kepada karyawan yang tidak taat dan disiplin. Pemimpin ini juga tidak membangun relasi yang baik terhadap karyawan dikarenakan menganggap dirinya sebagai pusat kekuasaan dan karyawan hanyalah anak buah semata.
Namun tidak selamanya pemimpin dengan gaya militeristik dan otoriter selalu membawa dampak buruk bagi perusahaan ataupun karyawan. Efisiensi, efektivitas, dan kedisiplinan dalam pekerjaan yang diutamakan justru menjadi langkah sukses sebuah organisasi dalam membangun usaha nya. Teknik dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang didikte secara cepat membuat karyawan otomatis juga bekerja secara cepat. Hal ini tentu menimbulkan pengawasan yang ketat dari pemimpin itu sendiri sehingga tidak banyak karyawan yang menunda pekerjaan, dan tugas perusahaan bisa selesai tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan.
Jika berbicara terkait motivasi karyawan sebelum dan sesudah Hartoyo menjabat sebagai manajer tingkat menengah tentu sangat berbeda. Melihat dari kasus dan tanggapan dari para karyawan bisa disimpulkan bahwa manajer sebelum Hartoyo memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Jadi wajar jika perubahan internal dalam perusahaan yang dimiliki pemimpin mereka membuat karyawan menunjukkan sikap yang tidak puas. Dan ketidakpuasan ini bisa berdampak pada kinerja masing-masing karyawan.
 Perubahan internal ini akan memberikan dampak yang berbeda-beda, tergantung dari bagaimana masing-masing karyawan merespon nya. Jika menanggapi dari sudut pandang karyawan tentu mau tidak mau kita harus tetap taat dan memenuhi apapun tugas yang diberikan pemimpin, termasuk sifat pemimpin tersebut. Jika mau berpikir positif, pemimpin yang otoriter akan membuat kita rendah hati dan terus banyak belajar untuk sebuah kesempurnaan. Pemimpin yang keras dan tegas justru memberikan semangat untuk kita berinisiatif terhadap sebuah kesalahan, meskipun tidak semua karyawan akan menyikapi nya seperti itu.
Konsekuensi nya adalah beberapa karyawan yang tidak puas akan mempengaruhi hasil kerja mereka sendiri, dan bukan sesuatu yang mustahil jika beberapa karyawan memutuskan untuk berhenti. Gaya kepemimpinan Hartoyo berasal dari lingkungan dimana dia berasal dan itu sesuatu yang sulit untuk dihilangkan. Mungkin untuk beberapa waktu kedepan akan ada kritik dan masukan dari karyawan. Hasil kerja yang menurun, atau justru meningkatnya prestasi kerja beberapa karyawan.
Jalan keluar nya adalah bagaimana perusahaan, terutama bagian personalia untuk memotivasi  karyawan sehingga mereka terpacu bahwa ada sesuatu yang patut diperjuangkan dan dihargai selain mempermasalahkan sifat manajer baru. Semua kembali pada bagaimana karyawan menyikapi dan mengambil tindakan dari hal-hal baru yang terjadi di lingkungan mereka. Berpikir positif akan selalu membawa suasana bekerja yang nyaman, menghindari konfrontasi dan selalu menghormati atasan juga beberapa hal yang harus ditanamkan dalam pola pikir para karyawan.


Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Pages