image1 image2 image3

HELLO I'M BRAMASTIO BEAVISTO|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|

Peran Komunikasi Dalam Organisasi



Peran Komunikasi Dalam Organisasi
A.  Pengertian dan Arti Penting Komunikasi
Menelaah komunikasi merupakan masalah yang penuh resiko dan mudah rancu. Sekurang-kurangnya ada dua resiko. Pertama, di dunia akademis dan secara populer istilah komunikasi sendiri dipahami secara berbeda oleh setiap orang. Definisi yang sangat beragam dalam lingkup dan penekanannya masing-masing. Mereka saling berbeda dalam tingkat keabstrakan, fokus terhadap intense dari para pelaku komunikasi, dan ada/tidaknya unsur penilaian di dalam definisi tersebut.
Oleh:/Tahun
Definisi
Menekan Aspek
Hoben, 1954
Komunikasi adalah pertukaran lisan tentang pikiran atau gagasan
Lisan Simbol
Anderson, 1959
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan kita saling memahami
Pemahaman
Margaret Mead, 1963
Interaksi, walaupun pada tingkat jasmaniah adalah sejenis komunikasi karena tanpanya, hal lain tidak akan berlangsung
Interaksi
Barnlund, 1964
Komunikasi adalah sesuatu yang timbul karena kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak efektif, dan mempertahankan atau memperkuat diri
Pengurangan Ketidakpastian
Ruesch, 1957
Komunikasi adalah proses membuat fragmen dan bagian dari kehidupan menjadi saling terkait
Kaitan
Stevens, 1951
Komunikasi adalah respons tertentu terhadap stimulus
Stimulus
Miller, 1966
Komunikasi adalah usaha untuk mengirimkan pesan tertentu untuk mempengaruhi penerima pesan tersebut
Pengaruh
Schacter, 1951
Komunikasi adalah mekanisme yang dipakai untuk mempergunakan kuasa
Kuasa
Bereslson dan Steiner, 1964
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, emosi, keterampilan, dengan mempergunakan symbol, kata, gambar, angka, dan sebagainya
Proses
(sumber: Robby I Chandra, Teologi dan Komunikasi, 1996)

Frank Dance, seorang ahli komunikasi meneliti definisi komunikasi dan menghasilkan kesimpulan ada beberapa aspek yang ditekankan terus-menerus dalam berbagai definisi.
a.       Definisi komunikasi berdasarkan perspektif yang bersifat behavioristik
b.      Definisi komunikasi yang berdasar pada teori transmisi
c.       Definisi yang berdasarkan perspektif yang menekankan interaksi
d.      Definisi yang menekankan transaksi

Kedua, resiko dalam membahas komunikasi terkait dengan anggapan populer tentang komunikasi serta luasnya ruang lingkup pembahasan. Artinya, di samping sedemikian banyaknya definisi tentang komunikasi, secara populer bila orang mendengar istilah ini, tentu akan timbul berbagai gambaran yang berbeda-beda dalam benak mereka.
(sumber: Robby I Chandra, Teologi dan Komunikasi, 1996)

Komunikasi Organisasi adalah korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi yang berfokus pada teknik, media, proses dan faktor-faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi organisasi. (sumber: Wikipedia)
Menurut Pace & Feules, ada dua perspektif utama yang akan mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan, yaitu:
  • Perspektif objektif
Perspektif objektif menekankan definisi komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi.
  • Perspektif subjektif
Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi di antara unit-unit organisasi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian memberi makna terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi.

 

B.  Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
  • Penginterprestasian, hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
  • Penyandian, pada tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: mengubah pesan abstrak menjadi konkret.
  • Pengiriman, proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.
  • Perjalanan, pada tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
  • Penerimaan, pada tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
  • Penyandian Balik, pada tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
  • Penginterpretasian, pada ahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

Fungsi dari komunikasi seperti ini adalah:
        i.            Memberikan afirmasi tentang keberadaan orang lain, yaitu seseorang memberikan ekspresi bahwa ia mengenali adanya seorang lain dan menghargainya.
      ii.            Menunjukkan bahwa ia ingin membuka jalan untuk komunikasi lebih lanjut.
    iii.            Menunjukkan pada orang tadi bahwa mereka terikat oleh kesamaan konteks budaya.
(sumber: Robby I Chandra, Teologi dan Komunikasi, 1996)

 

C.  Jenis-jenis komunikasi

Komunikasi lisan

Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato. Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.

Komunikasi tulisan

Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya. Komunikasi tulisan juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah, buku-buku,dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi)

Aliran komunikasi
  • Komunikasi ke bawah
Informasi mengalir dari jabatan yang tinggi ke jabatan yang lebih rendah, yaitu:
  • Informasi tentang bagaimana melakukan pekerjaan.
  • Informasi tentang dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.
  • Informasi tentang kebijakan dan praktik organisasi.
  • Informasi tentang kinerja pegawai.
  • Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
  • Komunikasi ke atas
Komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, biasanya berbentuk pertanyaan, feedback, saran / usulan.
Pentingnya komunikasi ke atas, yaitu:
  • Memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan.
  • Memberitahu penyelia kapan bawahan siap menerima informasi.
  • Mendorong keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka.
  • Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan.
  • Mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahannya memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
  • Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_komunikasi_organisasi)

 

D.  Komunikasi Efektif Dalam Konteks Komunikasi Organisasi

KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.[3]. Empat Dimensi Komunikasi organisasi

1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan

2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai

3. Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama

4. Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.
 (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi)

DAFTAR PUSTAKA

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Pages