image1 image2 image3

HELLO I'M BRAMASTIO BEAVISTO|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|

EYD

PENGERTIAN EJAAN

    Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata atau kalimat.

    Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa,termasuk pemisahan dan penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan hal-hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

FUNGSI EJAAN

    Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia

    Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. 


SEJARAH EYD

     Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.
     Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
     Pada tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
    Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".


Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.

Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia adalah :

1.      Ejaan van Ophuysen

Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :

a.       Huruf ditulis dengan j.
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Sayang
Yakin
Saya
Sajang
Jakin
Saja

b.      Huruf u ditlus dengan oe
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Umum
Sempurna
Surat
Oemoem
Sempoerna
soerat

c.       Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Rakyat
Bapak
Makmur
Ra’yat
Bapa’
Ma’moer

d.      Huruf j di tulis dengan dj.
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Jakarta
Raja
Jangan
Djakarta
Radja
Djangan

e.       Huruf c ditulis dengan tj.
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Pacar
Cara
Curang
Patjar
Tjara
Tjurang


f.       Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.
Misalnya:
EYD
Ejaan van Ophusyen
Khawatir
Akhir
Khazanah
Chawatir
Achir
Chazanah

           
2.      Ejaan Republik

Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan  Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.

Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah.

Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan  Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini :

a.      Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan Republik.
b.      Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan kdalam Ejaan Republik.
c.      Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d.      Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e.      Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.

Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi beberapa contoh.

Ejaan van Ophusyen
Ejaan Republik
Oemoer
Koeboer
Ma’loem
Umur
Kubur
Maklum 

3.      Ejaan Pembaharuan

Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.

Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.

Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.

Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.

a.      Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b.      Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
         Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d.      Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e.      Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au,  dan  oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan  oy.

Misalnya:
EYD
Ejaan Pembaharuan
Santai
Gulai
Harimau
Kalau
Amboi
Santay
Gulay
Harimaw
Kalaw
amboy

4.      Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia.

5.      Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september 1967.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :

a.       Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

Misalnya :
EYD
Ejaan Baru
Remaja
Jalan
Perjaka
Remadja
Djalan
Perdjaka

b.      Gabungan konsonan tj diubah menjadi j

Misalnya:
EYD
Ejaan Baru
Cakap
Baca
Cipta
Tjakap
Batja
Tjipta

c.       Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
Misalnya:
EYD
Ejaan Baru
Sunyi
Nyala
Bunyi
Sunji
Njala
Bunji

d.      Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy
Misalnya:
EYD
Ejaan Baru
Syarat
Isyarat
Syukur
Sjarat
Isjarat
Sjukur

e.       Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh
Misalnya:
EYD
Ejaan Baru
Takhta
Makhluk
Ikhlas
Tachta
Machluk
Ichlas


6.      Ejaan Yang Disempurnakan

Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk  bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan namaEjaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

a.        Perubahan Huruf

Ejaan Lama
EYD
Djika
Tjakap
Njata
Sjarat
Achir
Supaja
Jika
Cakap
Nyata
Syarat
Akhir
Supaya

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD antara lain :

1)      Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2)      Penulisan kata.
3)      Penulisan tanda baca.
4)      Penulisan singkatan dan akronim.
5)      Penulisan angka dan lambang bilangan.
6)      Penulisan unsur serapan.


DAFTAR PUSTAKA


http://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Pages